Melajang Demi Sekolah

Melajang demi sekolah
            Hari ini aku di marahi habis-habisan oleh ayah dan ibuku. Itu semua karena peringkatku di sekolah pada semester 1 ini. Dulu ketika aku SMP, aku selalu mendapat peringkat 5 besar. Tapi mengapa di awal SMA ini aku mendapat peringkat 11??. Aku berfikir apa yang salah dengan sistem belajarku semester ini. Aku baru sadar kalau akhir-akhir ini aku menjadi malas belajar karena ingin cepat-cepat sms pacarku atau jalan dengan pacarku. Yah aku sekarang tahu penyebabnya adalah pacaran. Aku harus melakukan sesuatu karena aku tidak ingin pendidikanku menjadi kacau hanya karena pacaran.
            Paginya, pacarku yang bernama Vico itu mengajakku jalan. Aku pun mau karena aku memang ingin berbicara sesuatu kepadanya. Aku dan Vico pun duduk-duduk di taman lalu aku memulai pembicaraan.
“Vico aku mau ngomong sesuatu” kataku sambil gugup.
“yah ngomong aja dong” jawabnya ramah.
“aku mau kita puu..tus” ucapku gagap.
Vico kaget mendengar ucapanku. Dia tidak menyangka kalau aku akan memutuskan hubungan ini. Aku pun menjelaskan semuanya kepada Vico. Sebenarnya Vico tidak terima, tapi aku pun tetap pada pendirianku. Setelah cukup lama aku dan Vico bertengkar, akhirnya Vico pun mengalah dan mengantarku pulang.
           
Kini, aku merasa lega karena faktor penyebab rasa malasku sudah tidak ada lagi. Tapi kenapa di malam-malam yang sepi ini aku malah mengharapkan sms dari Vico. Biasanya kalau malam-malam seperti ini, Vico selalu menemaniku walaupun itu lewat sms. Aku dan Vico sudah berpacaran cukup lama jadi wajar saja kalau bayang-bayang Vico tidak bisa hilang begitu saja dari fikiranku. Tapi aku harus meninggalkan Vico. Ini untuk masa depanku. Aku yakin suatu saat aku pasti mendapat seseorang pengganti Vico dan mungkin yang lebih baik dari Vico.
            Di liburanku kali ini, aku hanya bisa berdiam diri di rumah karena ayah dan ibuku mungkin masih kecewa denganku sehingga mereka tidak mengajakku jalan-jalan keluar. Yah itu ku terima karena ini memang salahku. Tapi aku benci dengan situasi sepeti ini. Di setiap aku merasa sepi dan sendiRian, aku selalu teringat dengan Vico. sungguh rasanya tanganku ingin sekali memencet handphone untuk menelepon ataupun sekedar sms Vico. Akhrinya setelah ada pertempuran antara otak dan hatiku, aku pun memutuskan untuk sms Vico saja. Yah itung-itung untuk bertanya bagaimana kabar dia. Aku pun lalu mengirimkan sms kepada Vico. Tidak lama kemudian ada balasan dari Vico, “ada apa lagi”. Mungkin Vico masih marah denganku sampai-sampai dia membalas sms ku seperti itu. lalu aku memutuskan untuk tidak membalas smsnya saja. Tapi tiba-tiba HPku berdering dan teryata ada sms dari Vico. Vico mengajakku untuk bertemu di taman terakhir kalinya. Aku sebenarnya tidak mau karena sekarang aku sedang dalam proses melupakan Vico. Tapi dia terus memaksaku dan akhirnya aku pun mau.
            Seperti yang ada di sms Vico, hari ini aku dan Vico akan bertemu di taman jam 8 pagi. Aku segera bersiap-siap untuk pergi ke taman. Saat aku sampai di taman, ku lihat disana sudah ada Vico dan sepertinya dia sudah menunggu sejak lama. Aku pun memanggilnya dari belakang.
“Vico...” sapaku.
“iya, akhirnya kamu mau juga menemuiku” ucap Vico sambil senyum. Yah senyuman itulah yang tidak bisa membuatku lupa dengan Vico.
“fi, aku masih sayang sama kamu. Kamu mau ngak kalau kita balikan seperti dulu lagi” kata Vico.
Inilah yang aku takutkan. Ku kira Vico mengajakku ke taman hanya untuk mengucapka salam perpisahan. Ternyata dia malah mengajakku untuk balikan. Ini sangat sulit untukku. Karena di satu sisi aku masih sangat mencintai Vico, sedangkan di sisi lain aku harus memikirkan masa depanku.
“Vico, maaf aku ngak bisa balikan lagi sama kamu” ucapku.
Raut muka Vico pun berubah, dari yang terlihat gembira menjadi sangat kecewa. Tanpa sepatah kata pun, Vico lalu berdiri dan meninggalkan aku sendiri di taman.
            Kini, tak terasa 2 minggu liburan pun berlalu. Aku harus kembali masuk sekolah seperti biasanya. Karena aku sudah sangat rindu dengan teman-temanku disana. Ketika aku masuk ke dalam kelas, semuanya menyapa dan tersenyum kepadaku. Tak terkecuali dengan Rian, temanku yang ku kagumi di kelasku. Dia menyapaku dengan senyuman yang khas dengan lesung pipinya itu. Kata teman-temanku, Rian mempunyai perasaan kepadaku, tapi aku tidak menggubris itu karena pada saat itu aku sudah mempunyai pacar. Lagi pula sekarang aku juga sudah bertekad untuk tidak pacaran sebelum lulus SMA nanti.
           Malamnya, HPku berdering pertanda ada sms masuk. Ternyata itu sms dari Rina, teman sebangkuku. Rina mengajakku untuk pergi ke sebuah cafe malam ini. Awalnya aku menolaknya karena aku sedang belajar, tapi Rina memaksaku dan karena aku tidak tega dengan temanku sendiri, akhirnya aku pun mau.
        Ketika aku sampai di cafe yang dimaksut Rina , kulihat Rina tidak sendiri. Dia sedang bersama seorang laki-laki yang sepertinya sangat kukenali. Akupun lalu menyapa Rina.
“Rina..” ucapku.
“eh Fia,” kata Rina. Ternyata laki-laki yang bersama Rina itu adalah Rian. Aku bingung mengapa Rina mengajakku kemari. Rina pun lalu mmepersilahkan untuk duduk.
“rin, kamu ngapain sih ngajak aku kesini” tanyaku.
“tanya aja noh sama Rian” jawab Rina ceplas ceplos.
“hah? Rian? Kamu ngapain ngajak aku kesini” tanyaku pada Rian.
“eh..eh.. aku permisi kebelakang dulu yah, lagi mules nih” kata Rina sambil memegangi perutnya.
“gini fi, aku ada urusan sama kamu” ucap Rian.
“urusan apa yah?” tanyaku.
“kata Rina, kamu suka sama aku yah? Aku juga suka kok sama kamu” kata Rian. Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Rian berkata lagi.
“kamu mau ngak jadi pacarku fi?”.
“Rian, aku itu Cuma mengagumi kamu saja, ngak lebih dari itu. aku juga ngak mau punya pacar sebelum aku lulus sma nanti Rian” terangku pada Rian.
Rian pun malah diam seribu bahasa. Karena aku takut kalau Rian akan memaksaku, akhirnya aku pun memutuskan untuk pulang saja. Sebenarnya Rian mencegahku, tapi aku tetap ngotot untuk pulang dan Rian pun tak bisa mencegahku lagi.
            Aku bersyukur karena aku sekarang sudah bisa melawan hawa nafsuku sendiri. Sebenarnya aku bahagia, teman sekelasku yang aku kagumi juga menyukaiku tapi aku harus tetap mempertahankan tekadku untuk tidak berpacaran sampai aku lulus SMA nanti.
            1 minggu pun berlalu.....
Kini terdengar kabar kalau Rian dan Rina berpacaran. Aku kaget mendengar itu. Rina yang seminggu yang lalu menyomblangkan aku dengan Rian, sekarang malah berpacaran dengan Rian. Apalagi Rina dan Rian sekelas denganku. Setiap jam istirahat mereka selalu bersama dan ngobrol-ngobrol di kelas. Aku sedikit cemburu dan iri melihat pemandangan itu. kadang aku merasa Rina telah menusukku dari belakang karena Rina sudah tahu kalau aku menyukai Rian, tapi mengapa dia mlah berpacaran dengan Rian. Aku pun hanya bisa istighfar dan bersabar melihat semua itu.
            Sore ini, teman-teman sekelasku mengadakan acara bersama untuk mempererat persahabatan kami semua. Aku pun datang ke acara itu dengan menaiki sepeda motor kesayanganku. tapi tak kusangka , disana aku malah merasa sendiRian karena semua teman-temanku membawa pacarnya masing-masing. Disana aku hanya meihat mereka-mereka yang sedang asyik berpacaran dengan pacarnya masing-masing. Apalagi Rian dan Rina, mereka sepertinya malah sengaja membuatku iri. Tiba-tiba salah satu temanku berkata padaku
“Fia, kamu kok ngak bawa pacarmu sih” katanya.
“aku ngak punya pacar kok” jawabku enteng
“ih cantik-cantik kok ngak punya pacar” kata temanku lagi.
“itu tuh akibatnya kalau cewek sok-sok’an nolak cowok. Untung masih ada yang mau kalau ngak gimana? Sok-sok’an pengen konsen belajar” kata Rina sinis.
Aku ngak percaya Rina temanku yang sangat dekat denganku malah ngomong seperti itu tentang aku. aku sudah tidak kuat disini, rasanya aku ingin menangis saja. Aku pun lalu berpamitan untuk pulang saja daripada terbawa emosi disini.
            Sangking kencangnya aku membawa sepeda motor, sampai-sampai aku tidak sadar kalau ban sepedaku menginjak sebuah paku dan akibatnya banku menjadi bocor. Aku pun harus menuntun sepeda motorku karena bengkel masih jauh dari tempat ku sekarang. Saat aku sedang berjalan sambil menuntun sepedaku, tiba-tiba aku melihat Vico, mantan pacarku dulu bergoncengan erat dengan seorang perempuan. Mungkin itu adalah pacar barunya karena perempuan itu  memeluk Vico. Ahhhh.. hari iniadalah hari sialku. Rasanya ingin sekali aku membanting sepedaku yang bocor ini, gara-gara sepada ini aku jadi melihat Vico dengan pacar barunya.
            Saat aku sampai di rumah, ibuku bingung melihat wajahku yang ku tekuk ini. Lalu ibu memanggilku.
“kamu kenapa nak” tanya ibuku.
“gak kenapa-kenapa bu” bohongku.
“kamu bohong yah, ada apa? Ayo cerita sama ibu” rayu ibuku.
“bu, apa aku salah kalau aku punya tekad tidak pacaran sampai lulus SMA” tanyaku.
“tdak nak, itu malah baik. Memangnya kenpa ?” tanya ibuku sambil mengelus rambutku.
“aku di olok-olok temanku bu, katanya aku sok-sok’an” terangku.
“biarkan nak, temanku itu tidak tahu. Mereka semua sudah terbawa hawa nafsu sampai-sampai lupa dengan masa depannya. Kamu harus kuat menghadapinya, ini demi masa depan kamu sayang. Kalau kamu baik pasti besok mendapatkan seseorang laki-laki yang baik juga. Tak mengapa sekarang kamu melajang , yang penting kamu tidak jadi manusia jalang” nasehat ibuku.
“oh begitu ya bu. Iya bu sekarang Fia harus kuat menghadapi mereka. Terima kasih ya bu” kataku sambil mencium pipi ibuku.
Kini perasaanku menjadi tenang karena nasehat ibu, dan mulai sekarang aku harus rajin belajar tanpa memikirkan statusku yang lajang ini. Mengapa aku harus bersedih karena tidak mempunyai pasangan, kalau aku sudah mempunyai ayah dan ibu yang sangat tulus menyayangiku.



No comments:

Post a Comment