Event Mozaik Blog Competition sponsored by beon.co.id.
Awalnya,
menulis hanyalah menjadi sebuah hobi sejak SD. Dari SD aku memang senang sekali
membuat cerpen, puisi dan masih banyak lagi. Aku biasa menulis tentang teman
yang sedang kusukai, dan itu lancar sekali ketika membuatnya. Tulisan-tulisan
itu kutulis rapi dalam sebuah buku dan sekarang buku itu kusembunyikan dibawah
lemari kamarku. Aku sering tersenyum sendiri ketika membaca tulisanku dulu.
Tulisan tentang cinta monyet seorang anak dibawah umur.
Kini aku telah duduk di bangku SMA.
Hobi menulisku yang sempat hilang saat aku SMP pun akhirnya kembali lagi karena membaca
catatatan facebook temanku tentang lomba menulis cerpen. Di jaman sekarang
banyak sekali info-info yang bertebaran di media sosial, termasuk info tentang
lomba menulis. Aku pun tertarik untuk mengikuti lomba menulis yang diadakan
secara gratis. Selain karena hobiku menulis, aku juga berharap semoga nantinya
aku bisa menjadi seorang penulis yang hebat.
Tapi entah kenapa sekarang ketika aku menulis, aku
selalu terobesesi menjadi juara. Jujur saja, aku menginginkan menjadi juara
karena mendapatkan hadiah, sedangkan kalau hanya menjadi kontributor biasanya
tidak mendapat hadiah. Aku selalu kecewa ketika aku tidak menjadi juara dalam
sebuah lomba menulis, meskipun aku masuk menjadi kontributornya.
Seringkali aku tidak menjadi juara
membuat aku berputus asa. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak menulis
lagi. Aku ingin sekali menjadi seorang juara. Aku merasa cerpen-cerpen yang ku buat
sudah bagus. Tetapi kenapa aku tidak pernah jadi juara?.
Aku memang berhenti untuk menulis,
tapi aku tidak pernah ketinggalan untuk membaca info tentang dunia tulis-menulis
yang ada di facebook. Aku baca semuanya, dari mulai info lomba sampai
tulisan-tulisan yang dibuat oleh penulis senior untuk penulis pemula. Aku juga
sering membaca kisah hidup penulis-penulis senior yang ada di
indonesia. Betapa kagetnya aku ketika aku tahu kalau penulis senior-senior itu
harus mengalami kegagalan dalam menulis selama bertahun-tahun. Mereka tidak
langsung menjadi seorang yang hebat seperti sekarang. perlu adanya pengorbanan
dan juga kesabaran. Lalu bagaimana bisa seorang bernyali cemen seperti aku ini
bisa mengikuti jejak para penulis senior itu?.
Aku malu pada diriku sendiri.
Kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika aku membuat keputusan untuk berhenti
menulis. Harusnya aku lebih mengerti dan sabar lagi. Tidak ada kesuksesan yang
dapat diraih tanpa pengorbanan. Sudahlah, jadikan ini sebagai pengalaman dan
nasehat untukku. Aku pun memutuskan untuk menulis lagi, tapi sebelumnya aku
akan memantapkan pengetahuanku tentang EYD dan juga teknik-teknik dalam menulis
cerpen.
Menulis cerpen kini menjadi sebuah
rutinitas wajib dalam keseharianku. Meskipun hanya 1 jam atau setengah jam,
yang penting aku menulis. Aku terus mengasah bakat menulisku. Aku juga belajar
membuat cerpen yang baik dan menarik lewat internet dan buku-buku yang ada di
perpustakaan sekolahku.
Kini, ketika aku hanya menjadi
kontributor pada sebuah lomba menulis, aku tidak pernah sedih dan kecewa. Aku
bersyukur meskipun hanya menjadi kontributor. Aku yakin, jka aku
bersungguh-sungguh, suatu saat aku pasti akan menjadi seperti penulis-penulis
senior itu.
Tidak ada kesuksesan yang instan
kecuali artis youtube, tapi kesuksesan mereka mungkin hanya numpang lewat.
Terobesesi menjadi juara itu baik, kita menjadi terpacu untuk terus belajar.
Tapi jangan jadikan obsesi kita ini untuk menghalalkan segala cara. Jangan
hanya bercita-cita menjadi seorang penulis hebat, tapi juga bermanfaat bagi
orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang
lain.
sama, saya juga sedang merangkai mimpi sebata demi sebata dari jadi kontributor buku antologi hehehe..semangat yaaak!! keep writing!!
ReplyDeleteiya, semoga nantinya kita mempunyai buku sendiri :)
ReplyDelete