[Mozaik Blog Competition 2014] Bukan Penulis Instan


Event Mozaik Blog Competition sponsored by beon.co.id.

             Awalnya, menulis hanyalah menjadi sebuah hobi sejak SD. Dari SD aku memang senang sekali membuat cerpen, puisi dan masih banyak lagi. Aku biasa menulis tentang teman yang sedang kusukai, dan itu lancar sekali ketika membuatnya. Tulisan-tulisan itu kutulis rapi dalam sebuah buku dan sekarang buku itu kusembunyikan dibawah lemari kamarku. Aku sering tersenyum sendiri ketika membaca tulisanku dulu. Tulisan tentang cinta monyet seorang anak dibawah umur.

            Kini aku telah duduk di bangku SMA. Hobi menulisku yang sempat hilang saat aku SMP  pun akhirnya kembali lagi karena membaca catatatan facebook temanku tentang lomba menulis cerpen. Di jaman sekarang banyak sekali info-info yang bertebaran di media sosial, termasuk info tentang lomba menulis. Aku pun tertarik untuk mengikuti lomba menulis yang diadakan secara gratis. Selain karena hobiku menulis, aku juga berharap semoga nantinya aku bisa menjadi seorang penulis yang hebat.

Tapi entah kenapa sekarang ketika aku menulis, aku selalu terobesesi menjadi juara. Jujur saja, aku menginginkan menjadi juara karena mendapatkan hadiah, sedangkan kalau hanya menjadi kontributor biasanya tidak mendapat hadiah. Aku selalu kecewa ketika aku tidak menjadi juara dalam sebuah lomba menulis, meskipun aku masuk menjadi kontributornya.

            Seringkali aku tidak menjadi juara membuat aku berputus asa. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak menulis lagi. Aku ingin sekali menjadi seorang juara. Aku merasa cerpen-cerpen yang ku buat sudah bagus. Tetapi kenapa aku tidak pernah jadi juara?.

            Aku memang berhenti untuk menulis, tapi aku tidak pernah ketinggalan untuk membaca info tentang dunia tulis-menulis yang ada di facebook. Aku baca semuanya, dari mulai info lomba sampai tulisan-tulisan yang dibuat oleh penulis senior untuk penulis pemula. Aku juga sering membaca kisah hidup penulis-penulis senior yang ada di indonesia. Betapa kagetnya aku ketika aku tahu kalau penulis senior-senior itu harus mengalami kegagalan dalam menulis selama bertahun-tahun. Mereka tidak langsung menjadi seorang yang hebat seperti sekarang. perlu adanya pengorbanan dan juga kesabaran. Lalu bagaimana bisa seorang bernyali cemen seperti aku ini bisa mengikuti jejak para penulis senior itu?.

            Aku malu pada diriku sendiri. Kegagalan yang sesungguhnya adalah ketika aku membuat keputusan untuk berhenti menulis. Harusnya aku lebih mengerti dan sabar lagi. Tidak ada kesuksesan yang dapat diraih tanpa pengorbanan. Sudahlah, jadikan ini sebagai pengalaman dan nasehat untukku. Aku pun memutuskan untuk menulis lagi, tapi sebelumnya aku akan memantapkan pengetahuanku tentang EYD dan juga teknik-teknik dalam menulis cerpen.

            Menulis cerpen kini menjadi sebuah rutinitas wajib dalam keseharianku. Meskipun hanya 1 jam atau setengah jam, yang penting aku menulis. Aku terus mengasah bakat menulisku. Aku juga belajar membuat cerpen yang baik dan menarik lewat internet dan buku-buku yang ada di perpustakaan sekolahku.

            Kini, ketika aku hanya menjadi kontributor pada sebuah lomba menulis, aku tidak pernah sedih dan kecewa. Aku bersyukur meskipun hanya menjadi kontributor. Aku yakin, jka aku bersungguh-sungguh, suatu saat aku pasti akan menjadi seperti penulis-penulis senior itu.

            Tidak ada kesuksesan yang instan kecuali artis youtube, tapi kesuksesan mereka mungkin hanya numpang lewat. Terobesesi menjadi juara itu baik, kita menjadi terpacu untuk terus belajar. Tapi jangan jadikan obsesi kita ini untuk menghalalkan segala cara. Jangan hanya bercita-cita menjadi seorang penulis hebat, tapi juga bermanfaat bagi orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.



2 comments:

  1. sama, saya juga sedang merangkai mimpi sebata demi sebata dari jadi kontributor buku antologi hehehe..semangat yaaak!! keep writing!!

    ReplyDelete
  2. iya, semoga nantinya kita mempunyai buku sendiri :)

    ReplyDelete